Warga Selo Kirab Budaya Temu Tirta, Ritual Menyatukan Dua Mata Air Lereng Merapi-Merbabu

  • Jul 10, 2024
  • Bambang eka purnama
  • Sosial & Budaya

BOYOLALI - Ratusan warga lereng Gunung Merapi dan Merbabu mengikuti kirab budaya Temu Tirta yang di laksanakan pada awal bulan Sura atau Muharam 1446 Hijriah di Desa Samiran Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (8/7/2024) malam.

Kirab budaya Temu Tirta merupakan tradisi warga lereng digelar setiap tahun sekali menyatukan air dari dua sumber mata air yakni Babon di lereng Gunung Merbabu dan Muncar di lereng Gunung Merapi untuk kemakmuran masyarakat Desa Samiran Selo.

Acara tersebut juga sebagai tanda bersyukur atas diberikan kebutuhan air yang cukup,hasil pertanian yang bagus serta keselamatan dari bencana erupsi Gunung Merapi sehingga warga hidup aman dan tentram di lereng gunung.

Sebelum dikirab,di adakan prosesi penyatuan air yang diambil dari dua sumber mata air yakni dari tuk Babon di lereng Gunung Merbabu dan tuk Muncar di lereng Gunung Merapi oleh sejumlah tokoh,setelah selesai baru diarak mengelilingi kampung dengan jarak 3 kilo meter.

Arak arakan kirab barisan paling depan adalah pasukan bregodo dari keraton Kasunanan Surakarta,di susul dengan pembawa air, dibelakangnya barisan pembawa gunungan,dan juga baru ibu ibu pembawa obor.

Ketua Panitia, Sukarjo mengatakan, kegiatan ritual Kirab Temu Tirta tersebut yakni menyatukan air dari mata air Babon di lereng Merbabu dengan mata air Muncar di lereng Merapi. Merupakan tradisi turun temurun yang di percaya masyarakat setempat agar tidak terjadi kelangkaan air pada musim kekeringan saat ini, sehingga masyarakat kebutuhan air untuk sehari-hari tercukupi.

“Jadi di Samiran ini, dulunya pesanggrahan Sinuwun Paku Buwono VI. Petilasannya masih ada namanya Bukit Ngedromarto,” katanya Senin(8/7/2024) malam.

Ia juga menjelaskan, bahwa selain menyatukan air,juga digelar kirab budaya dengn mengusung sejumlah gunungan yang terbuat dari hasil bumi dan juga palawija.

“Gunungan sayur mayur merupakan hasil pertanian, gunungan nasi jagung, gunungan buah-buahan, juga ada gunungan palawija, “ jelasnya.

Selain kirab Temu Tirta juga tanda syukur dengan gunungan nasi gunung (jagung) dan gunungan hasil bumi yang dikirab keliling kampung dengan jarak sejauh sekitar 3 kilo meter.

“Jadi nati setelah sampai disini gunungan tersebut di perebutkan oleh warga yang hadir, dan harapannya masyarakat memohon keselamatan dari bencana Merapi dan selalu diberi kecukupan air serta hasil panen yang bagus,” ucapnya.

Sementara, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali Eko Sumardiyanto mengatakan, pihaknya mengapresiasi dan mendukung kegiatan kirab Temu Tirta yang digelar setiap tahun oleh warga di Desa Samiran Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

Acara ini, mengandung makna dan diyakini masyarakat Selo agar selalu makmur dalam mengelola pertanian karena harapannya dengan temu tirta atau menemukan air dari dua mata air di Gunung Merbabu dan Gunung Merapi sehingga di daerah ini, tidak ada kekurangan air dalam kehidupan sehari-hari.

“Kami berharap kegiatan ini, selain untuk melestarikan kebudayaan juga akan dikenali oleh generasi penerus dan masyarakat luas untuk tetap ikut nguri-uri budaya lokal peninggalan leluhurnya,” katanya.

Dalam acara tersebut juga digelar festival reog pada siang hari dan malam hari setelah kirab digelar pagelaran wayang kulit semalam suntuk.(ags).