Mahasiswa Kebidanan Lolos Pendanaan PKM VGK 2024 melalui Ide Penginapan Gratis untuk Ibu Postpartum

  • Jul 10, 2024
  • Bambang eka purnama
  • Pendidikan

SOLO - Lulusan Perguruan Tinggi dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking, management skill, dan communication skill. Kekurangan atas salah satu dari keempat keterampilan/kemahiran tersebut dapat menyebabkan berkurangnya mutu lulusan. Sinergisme akan tercermin melalui kemampuan lulusan dalam kecepatan menemukan solusi atas persoalan yang dihadapinya.

Dengan demikian, pemikiran dan perilaku yang ditunjukkan mahasiswa akan bersifat kreatif (unik dan bermanfaat) dan konstruktif (dapat diwujudkan). Kemampuan berpikir kreatif dan bertindak inovatif mahasiswa dapat disalurkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

PKM merupakan ajang bergengsi bertaraf nasional yang mempertemukan mahasiswa untuk mengadu ide kreatifnya di bidang penalaran. Secara umum, PKM dibagi menjadi 2 yaitu PKM pendanaan dan PKM insentif. PKM Pendanaan, terdiri dari 8 bidang PKM, yaitu PKM-RE; PKM-RSH; PKM-K; PKM-PM; PKM-PI; PKM-KC; PKM-KI; dan PKM-VGK. PKM Insentif, terdiri dari 2 bidang PKM, yaitu PKM-GFT dan PKM-AI.

Luarannya beragam mulai dari artikel ilmiah, alat inovatif, video konstruktif, maupun buku pedoman mitra. Tahapannya dimulai dari pengiriman proposal, pendanaan, pelaksanaan program, PKP2 sampai bermuara pada PIMNAS.

Tercatat tahun ini sejumlah 43K judul proposal dari delapan PKM yang berhasil diunggah dan tervalidasi. Dari jumlah tersebut 5 tim dari ITS PKU Muhammadiyah Surakarta berhasil meraih pendanaan yang nantinya akan melanjutkan proses ke PKP2. Tim yang diketuai oleh Dina Rinjani (S1 Kebidanan) adalah salah satunya.

Tim tersebut masuk dalam kategori SKIM PKM-VGK dengan luaran wajib berupa video gagasan konstruktif dan futuristik. Menggandeng mahasiswa S1 Informatika mereka bersama untuk merancang gagasan futuristik berupa penginapan gratis sebagai prevensi baby blues syndrome pada ibu postpartum.

Ide ini dapat menjadi solusi bagi ibu postpartum dalam menghadapi perubahan peran setelah melahirkan agar terhindar dari baby blues syndrome. Menurut WHO (2018) Indonesia menduduki peringkat ke empat tertinggi di ASEAN untuk kejadian baby blues syndrome (Sulistia, dkk., 2024).

Wanita yang mengalami kejadian baby blues berkisar antara 50-70%. Dapat disimpulkan insiden baby blues syndrome di Indonesia 1 sampai 2 per 1000 kelahiran (Kemenkes, 2023). Adanya gagasan tersebut diharapkan mampu membantu tercapainya kesehatan yang baik dan kesejahteraan (good health and well-being) sesuai Sustainable Development Goals poin ke-3.